Metafora Masa Lalu
Hiruk pikuk lamunan
masih berjalan menyusuri lekuk otakku
Masih terdiam,
menatap lurus diantara warna warni kehidupan
Dan dada ini masih
terasa sakit
Masih pula terluka,
dibagian yang sama
Meskipun jarum jam
telah jutaan kali berputar
Jikapun mulut ini mampu berkata tidak
Tapi nyatanya semua masih tergambar dengan jelas
Ingatan ini bukan sekedar gambaran imajinasi berwarna abu-abu
Inilah masa lalu yg tak mau mati meski telah usang
Jikapun mulut ini mampu berkata tidak
Tapi nyatanya semua masih tergambar dengan jelas
Ingatan ini bukan sekedar gambaran imajinasi berwarna abu-abu
Inilah masa lalu yg tak mau mati meski telah usang
Dia bergerumul
diantara warna terang dan gelap dalam diriku
Tak merelakan sisi sadarku melupakannya walau sedetik
Tak merelakan sisi sadarku melupakannya walau sedetik
Selalu ingin kubunuh
dan kupatahkan
Atau membuangnya diantara tumpukan luka yang membusuk
Atau membuangnya diantara tumpukan luka yang membusuk
Aku ataupun waktu
hanya bisa tertegun melihatnya terus ada
Sesekali menangis dan tertawa
Tak peduli itu sakit atau sebaliknya
Aku harap dia melepaskanku dan membiarkan abu-abu itu terhapus
Sesekali menangis dan tertawa
Tak peduli itu sakit atau sebaliknya
Aku harap dia melepaskanku dan membiarkan abu-abu itu terhapus
Jika bisa kubakar
pasti sudah hangus
Jika bisa kupukul pasti sudah hancur
Jika bisa kulempar pasti sudah hilang
Jika bisa kupukul pasti sudah hancur
Jika bisa kulempar pasti sudah hilang
Tidak pernah ada
alasan yang indah untuk mengingatnya
Berdamai dengannyapun
kukira hanya asa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar