Sabtu, 08 Maret 2014
Ayah, aku minta maaf
Ayah......
Aku rindu akan canda tawamu diruang tengah
Aku rindu berjuta laranganmu saat aku masih dibangku sekolah
Aku juga rindu dengan cerita tentang masa mudamu
Yang paling kurindukan adalah senyummu
Ayah, sekarang tubuhku semakin tinggi
Aku bukan lagi putri kecilmu
Itu berarti...
Aku tidak bisa merengek lagi padamu
Tidak bisa lagi tidur digendonganmu
Dan tak lagi bisa mendengar ceritamu sebelum tidur
Ayah, aku minta maaf..
Sudah belasan tahun aku menjadi putrimu
Tapi satu kebahagiaanpun belum bisa kupersembahkan untukmu
Ayah, aku minta maaf
Berjuta liter peluhmu belum bisa kubayar walau setetes
Ayah, aku minta maaf
Banyak pintamu yang kuabaikan
Dengan restumu akan kulukis mimpimu
Jangan pernah letih mmemberiku semangat
Jangan berhenti mendoakanku
Aku minta maaf ayah....
Sehelai Mahkota Mawar
Sehelai mahkota mawar
Sore ini begitu lengang
ketika angin berhembus ringan
mawar rapuh itu mulai menggugurkan mahkotanya
hingga menyisakan sehelai
mawar itu tak lagi cantik
tak lagi seperti saat mahkotanya utuh
tak ada lagi yg mau hinggap menghisap niranya
baginya tak apa selagi ia masih sanggup menunggu
menunggu yg pernah datang
ia masih menunggu diantara dinginnya embun pagi
teriknya belaian matahari
dan dinginnya angin malam yg semakin membuatnya rapuh
tak juga datang yg ia nanti
tapi ia masih kuat berdiri pada tangkainya
tak banyak yg ia lakukan kecuali menunggu
hingga kuncup muda mekar dan saatnya tiba
mahkota terakhirnya jatuh terbang bersama angin dimusim gugur
iapun putus asa
tak ada lagi yg bisa ia berikan jika yg ia tunggu datang
bersama hujan ia menangis
sekarang ia berhenti menunggu
berhenti tersenyum
dan iapun memilih berhenti hidup
ketika angin berhembus ringan
mawar rapuh itu mulai menggugurkan mahkotanya
hingga menyisakan sehelai
mawar itu tak lagi cantik
tak lagi seperti saat mahkotanya utuh
tak ada lagi yg mau hinggap menghisap niranya
baginya tak apa selagi ia masih sanggup menunggu
menunggu yg pernah datang
ia masih menunggu diantara dinginnya embun pagi
teriknya belaian matahari
dan dinginnya angin malam yg semakin membuatnya rapuh
tak juga datang yg ia nanti
tapi ia masih kuat berdiri pada tangkainya
tak banyak yg ia lakukan kecuali menunggu
hingga kuncup muda mekar dan saatnya tiba
mahkota terakhirnya jatuh terbang bersama angin dimusim gugur
iapun putus asa
tak ada lagi yg bisa ia berikan jika yg ia tunggu datang
bersama hujan ia menangis
sekarang ia berhenti menunggu
berhenti tersenyum
dan iapun memilih berhenti hidup
Metafora masalalu
Metafora Masa Lalu
Hiruk pikuk lamunan
masih berjalan menyusuri lekuk otakku
Masih terdiam,
menatap lurus diantara warna warni kehidupan
Dan dada ini masih
terasa sakit
Masih pula terluka,
dibagian yang sama
Meskipun jarum jam
telah jutaan kali berputar
Jikapun mulut ini mampu berkata tidak
Tapi nyatanya semua masih tergambar dengan jelas
Ingatan ini bukan sekedar gambaran imajinasi berwarna abu-abu
Inilah masa lalu yg tak mau mati meski telah usang
Jikapun mulut ini mampu berkata tidak
Tapi nyatanya semua masih tergambar dengan jelas
Ingatan ini bukan sekedar gambaran imajinasi berwarna abu-abu
Inilah masa lalu yg tak mau mati meski telah usang
Dia bergerumul
diantara warna terang dan gelap dalam diriku
Tak merelakan sisi sadarku melupakannya walau sedetik
Tak merelakan sisi sadarku melupakannya walau sedetik
Selalu ingin kubunuh
dan kupatahkan
Atau membuangnya diantara tumpukan luka yang membusuk
Atau membuangnya diantara tumpukan luka yang membusuk
Aku ataupun waktu
hanya bisa tertegun melihatnya terus ada
Sesekali menangis dan tertawa
Tak peduli itu sakit atau sebaliknya
Aku harap dia melepaskanku dan membiarkan abu-abu itu terhapus
Sesekali menangis dan tertawa
Tak peduli itu sakit atau sebaliknya
Aku harap dia melepaskanku dan membiarkan abu-abu itu terhapus
Jika bisa kubakar
pasti sudah hangus
Jika bisa kupukul pasti sudah hancur
Jika bisa kulempar pasti sudah hilang
Jika bisa kupukul pasti sudah hancur
Jika bisa kulempar pasti sudah hilang
Tidak pernah ada
alasan yang indah untuk mengingatnya
Berdamai dengannyapun
kukira hanya asa
Langganan:
Postingan (Atom)